Maafkan Aku

Aku memang jahat. Memang tak pantas untukmu. Aku pernah memukulmu, mencacimu, dan tak jarang memarahimu. Hanya karena hal sepele. Dan hasilnya, kau menangis, berteriak dan meraung. Aku memang egois. Aku mengajarimu hal baik dengan cara yang salah. Kau sering bertindak aneh, melakukan hal-hal bodoh. Aku hanya mencoba menasihatimu, tapi semua itu malah berbuntut panjang. Kita bertengkar.

"aku sayang kakak", katamu padaku suatu hari.
Aku melihat ketulusan di matamu. Tapi rasa gengsiku mengalahkan segalanya. Segera ku tepis kedua tanganmu yang mencoba untuk memelukku.
"dasar aneh", balasku
Kau pun tertunduk lesu. Mengalihkan perhatian pada buku-buku yang berserakan di depanmu. Aku tahu kau kecewa padaku. Rasa iba dan menyesal menyelimuti hatiku. Ku akui aku memang bodoh. Harusnya aku balas ketulusanmu, harusnya aku tepis rasa gengsiku. Maafkan aku.
Suatu malam kau tertidur dan melalaikan shalat isya'mu. Ku coba untuk membangunkanmu, tapi kau hanya menggeliat dan tak mau bangun. Seketika emosiku memuncak. Aku menarik paksa dirimu, berharap kau akan jera untuk melanjutkan tidurmu. Ya. Kau memang bangun. Tapi tidak untuk shalat. Kau berteriak padaku, memarahiku, melemparkan guling dan bantal padaku. Betapa bodohnya aku yang membalas perlakuanmu. Seperti akhir yang sudah-sudah, kau membanting pintu kamar--memaksaku keluar, lalu menangis meronta-ronta.
Kau tidak dilahirkan sebagai anak nakal. Semua ini bukan salahmu. Ini hanya proses. Kau kekurangan kasih sayang. Aku tahu kau sangat membutuhkannya. Harusnya aku bisa memberimu semua itu. Maafkan aku.
-bersambung-

0 komentar:

Posting Komentar