0 komentar

Lintas Sosiologi

Aku dan Lingkungan
Sebut saja aku Fadhil, lengkapnya Karina Fadhilah Ahmad Ichsan. Saat ini aku tengah mengisi waktu luangku dengan mengerjakan tugas Sosiologi sekaligus mengisi blog yang aku punya. OK, kita langsung ke topik utama. Bicara tentang sosiologi, tak jauh dari hal sosialisasi, bukan? Kebetulan, topik yang akan aku bahas kali ini adalah tentang peran lembaga-lembaga sosial terhadap pembentukan kepribadianku sendiri.
Sebagi makhluk sosial, tentunya kehidupanku tak jauh dari peran lembaga-lembaga social, seperti keluarga, teman sepermainan, sekolah, dan lain sebagainya. OK, let me mention it. Keluarga, adalah lembaga social terinti dalam kehidupan. Seorang anak, jika dibesarkan dalam kondisi keluarga yang baik, maka kepribadian anak itu pun akan terbentuk secara baik pula. Seperti halnya aku, Alhamdulillah, dididik dalam lingkungan keluarga yang keras, hal itu mampu membentuk suatu kepribadian yang seperti sekarang ini. Karena sering dididik dengan perintah, sampai kini aku tak jarang menjalankan sesuatu dengan diperintah terlebih dahulu, jadi kalau tak disuruh, buat apa dikerjain? Selain itu, sejak kecil, aku diajarkan untuk hidup mandiri, belajar sendiri, nyuci sendiri, pokoknya semua serba sendirian. Sekarang aku terbiasa cuek, dan terdorong untuk melakukan semuanya sendirian, yah, meski kadang aku tak bisa lepas dari lingkupan orang lain.
Teman sepermainanku tak terhitung jumlahnya, bukannya sombong atau bagaimana, aku tergolong orang yang SKSD (sok kenal sok deket) dengan orang lain. Jadi, ya begitulah, semakin lama temanku semakin bertambah. Hal ini menyebabkan kepribadianku terus bertambah dan berubah. Termasuk dalam salah satunya, jilbab yang kini aku kenakan adalah buah persahabatanku dengan teman SD ku dulu. Sebut saja Ami dan Khansa. Mereka berdua adalah orang-orang terinspiratif yang membuatku mengenakan jilbab. Sebenarnya mereka sama sekali tidak menyuruhku mengenakan jilbab. Hanya saja, karena mereka berdua telah mengenakan jilbab, aku pun jadi ikut-ikutan, hingga kini jilbab masih melekat erat di kepalaku, dan aku semakin mengerti makna jilbab itu sendiri.
Sejak kelas 4 SD, sekolahku berdedikasi Islam, hal ini membuatku mengetahui banyak tentang Islam. Sebab itu pula, aku terbiasa dengan sesuatu yang berbau serba Islam.
Dirunut dari semua aspek lembaga sosialisasi, menurutku, teman sepermainan adalah suatu lembaga sosialisasi yang paling berdampak besar terhadap kehidupanku. Buktinya, banyak. Salah satunya adalah jilbab yang sudah aku ceritakan tadi. Lainnya, emm, sekarang aku jadi sedikit lebih rajin, kenapa? Soalnya temen-temen di sini juga pada rajin, jadinya aku terbawa oleh kebiasaan baik mereka.
Eah, that’s all, I think. Syukran ala istimaikum,

0 komentar

Lintas Sosiologi

Peranan Teman Sepermainan dalam Sosialisasi Lingkungan Hidup

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya tidak dapat hidup sendiri.Setiap manusia pasti memiliki teman, yang mana dalam kehidupan ini, mereka menjalani proses sosialisasi secara bersama. Dalam perkembangannya, manusia mempunyai seorang teman yang mengalami tingkatan sosialisasi yang sama, atau yang lebih akrab disebut dengan "teman sepermainan".
Fenomena sosial yang sangat berkembang dalam kehidupan ini, di mana seorang teman sepermainan bisa mempengaruhi terbentuknya kepribadian seorang anak manusia dalam sosialisasi lingkungan hidup, acap terjadi dan sudah sering kita temui. Saat seorang anak remaja ingin mencari jati dirinya, ia pasti mempunyai teman sepermainan yang turut dalam proses pencarian jati diri tersebut, sehingga pengaruh teman sepermainan akan berdampak pada diri anak itu. Hal ini terjadi karena terdapat kesamaan tujuan, pikiran, serta konsep hidup yang terdapat pada remaja-remaja tersebut. Selain itu, sebagian besar waktu mereka habiskan bersama, sehingga mereka akan saling mempengaruhi satu sama lain.
Sebagai contoh, sebut saja Ahmad, seorang pelajar SMA. Ia mempunyai teman bernama Bobby yang berwatak liar dan bandel. Sebelum berteman dengan Bobby, Ahmad orangnya biasa-biasa saja, tapi setelah berteman dengan Bobby cs, Ahmad menjadi suka melanggar peraturan bahkan mabuk-mabukan.