Halo semuanyaaa. Di liburan kali ini, gua berkesempatan jalan-jalan ke bekasi (yeay!). Tujuan utama dari jalan-jalan ini adalah mengambil ijazah SMA sekalian reuni kecil-kecilan sama teman-teman SMA. Sebenarnya SMA gua ada di BSD, Tangerang Selatan, jadi di Bekasi gua cuma numpang tidur plus makan di rumahnya Zahra a.k.a sapi a.ka. Jahra (thanks berat buat si sapi). Dan pada rubrik kali ini, gua akan mengisahkan perjuangan menuju acara reuni di sekolah tercinta.
Pada pagi hari menjelang acara Roadshow IAIC (Ikatan Alumni Insan Cendekia), 18 Januari 2014, sebagian kecil wilayah Bekasi, termasuk rumah sapi, terendam banjir. Penyebab utamanya adalah meluapnya air sungai karena hujan lebat semalaman. Buat sebagian orang termasuk gua, banjir adalah hal yang patut disyukuri (soalnya ini adalah pertama kalinya gua mengalami banjir, Alhamdulillaah), dan bagi sebagian lainnya termasuk gua juga, banjir adalah bencana—perjalanan ke IC jadi terhambat.
 |
Banjir dalam rumah |
 |
Suasana banjir di pagi hari |
Banjir hampir saja menewaskan tekad kami
—gua, Ufi, dan Jahra, untuk mengikuti Roadshow. Setelah memikirkan strategi handal menerjang banjir, kami pun kembali membulatkan tekad untuk menghadiri acara tersebut. Dengan celana batik dan kaos serta peralatan penangkal banjir lainnya, kami menghadapi banjir dengan ketinggian air berbeda. Setelah melewati banjir sebetis dan selutut, kami mampir ke rumah sepupu Jahra untuk mengganti pakaian.
 |
Banjir sebetis di depan rumah |
 |
Sekitar 10 meter dari rumah, banjir setinggi lutut |
Bukan hanya banjir, kami juga harus menerjang hujan labil yang terjadi di Bekasi. Disebut labil karena setelah sekitar 10 menit hujan berhenti, lalu sekitar 10 menit berikutnya turun kembali. Alhamdulillaah, sebuah payung besar yang kami bawa mampu menangkal hujan tersebut sehingga pakaian kami tetap rapi. Sejam lebih kami habiskan di dalam bus menuju BSD. Ada perasaan lega dalam hati kami, juga perasaan ingin cepat sampai IC—dimana kami dapat bertemu teman-teman yang hampir 6 bulan ini tak berkabar.
 |
Foranza Sillnova |
Sesampainya di IC, kami disambut dengan gerombolan Foranza Sillnova—angkatan kami, yang ternyata baru semenit lalu berfoto di depan peninggalan angkatan kami. Ada sedikit rasa kecewa karena kami tidak ikut foto bersama, namun rasa kecewa itu tertutupi oleh rasa gembira melepas kangen pada teman-teman tercinta.
 |
Self-camera bersama sahabat |
 |
Foto bersama wali asrama, Bu Novi, yang sedang hamil |
 |
My Lovely Sillnova |
Tak ada kata yang mampu menggambarkan kegembiraan bertemu para sahabat, tak ada ikatan yang mampu menandingi tali ukhuwah yang terbangun. Bersamamu, Foranza Sillnova, semua terasa lebih manis, bahkan sepahit apapun kenangan itu. Terimakasih atas dua hari penuh cinta yang kau berikan, banjir terasa tak ada apanya dibanding berkumpul denganmu. Perjuangan itu terbayar lunas, bahkan ada kembaliannya.